Sejarah Tari Legong di Bali, Warisan Budaya Dunia yang Tercipta dari Mimpi Raja Bali
Dikisahkan pada paruh kedua abad ke-18, seorang raja di Gianyar yang bernama I Dewa Agung Made Karna atau yang lebih dikenal sebagai Raja Sukawati mendapatkan gerakan-gerakan Tari Legong ini ketika ia sakit keras.
Dia bermimpi melihat dua gadis menari dengan lemah gemulai dan diiringi oleh gamelan yang indah. Ketika dia pulih dari sakitnya, mimpi tersebut dituangkan dalam gerakan-gerakan tarian dengan gamelan yang lengkap dibantu oleh Bendesa Adat Ketewel.
Pada awalnya tarian ini dinamakan Tari Sang Hyang Legong dengan penari yang memakai topeng. Istilah Sang Hyang ini merujuk pada tarian yang sakral dan berhubungan dengan ritual adat.
Para penari Legong yang baku merupakan dua orang gadis yang belum mendapat menstruasi. Tarian ini ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman pura dan puri (istana).
Raja Sukawati menyatakan Tari Legong adalah wujud rasa syukur masyarakat Bali terhadap para leluhurnya atas anugerah yang mereka terima berupa pulau indah yang mereka huni.
Legong ini awalnya adalah tari ritual dan ditarikan di pura atau lingkup istana. Seiring perkembangan zaman, kini Tari Legong dipakai sebagai tari penyambutan dan hiburan wisata.
Editor: Reza Yunanto