Jembatan Darurat Rusak Diterjang Lahar Gunung Agung, Warga Bukit Galah Karangasem Terisolir

Rusaknya jembatan ini kemudian oleh warga kembali diperbaiki dengan bambu seadanya. “Kemudian kami ganti dengan jembatan kayu yang hanya bisa dipakai untuk pejalan kaki. Namun setelah setahun rusak lagi karena mungkin lapuk,” kata Suyasa.
Akses jembatan ini kemudian diperbaiki lagi dengan jembatan kayu seadanya hingga bisa dilalui warga yang mengendarai motor. Namun lagi-lagi jembatan ini pun tak bertahan lama.
Pentingnya keberadaan akses jembatan juga sangat dirasakan anak-anak usia sekolah yang harus menempuh pendidikan mulai TK hingga SMA.
“Meski kami masuk Kecamatan Selat, namun akses fasilitas pendidikan lebih dekat ke Kecamatan Bebandem,” katanya.
Jika musim kemarau, sungai kering sehingga dapat dilalui anak-anak. Namun saat musim hujan tiba, membuat orang tua khawatir.
“Kalau musim hujan datang air di sungai sangat deras. Kadang harus dilihat dulu, kira-kira sampai jam berapa airnya akan kecil. Kalau dilihat membahayakan terkadang anak-anak tidak sekolah, atau sekolah tetapi datang terlambat,” ucap Suyasa.
Di tahun 2020, Suyasa kembali berupaya mengajukan ke pemerintah daerah namun ditolak karena seluruh pembangunan fisik dihentikan sementara karena anggaran dialihkan untuk fokus penanganan Covid-19.
“Akhirnya saya ajukan untuk program TMMD (TNI Manunggal Membangun Desa) dan disetujui,” katanya.
Editor: Dewi Umaryati