Banjir Bali, BMKG Ingatkan Fenomena Badai Seroja di NTT
JAKARTA, iNews.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan banjir besar di Bali pada 9 September 2025 karena terjadinya anomali cuaca. Fenomena tersebut sebelumnya melanda Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 2021 yang dikenal dengan Badai Seroja.
“Fenomena Badai Tropis Seroja yang melanda Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 2021 sebagai contoh anomali cuaca yang tidak sesuai teori. Itu harusnya tidak terjadi di lintang ekuator antara 10 derajat Lintang Selatan dan 10 derajat Lintang Utara. Teorinya itu badai tropis itu selalu bertindak apabila memasuki ekuator,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, Jumat (12/9/2025).
Dia mengatakan, peristiwa itu menjadi bukti bahwa masa peralihan musim juga dapat memicu kondisi ekstrem akibat dinamika atmosfer yang kompleks.
“Jadi ini sudah menjadi suatu empiris ya, fakta empiris. Biasanya masa peralihan itu justru juga bisa terjadi kondisi ekstrem. Kenapa bisa begitu? Nah karena tadi dikatakan dinamika atmosfer yang terjadi saat itu, itu merupakan fenomena, beberapa fenomena yang terjadinya itu bersamaan,” ujar Dwikorita saat Konferensi Pers Prakiraan Musim Hujan 2025 dan Update Kondisi Cuaca, Jumat (12/9/2025).
Dia menjelaskan, pada saat banjir bandang Bali terjadi, terdapat sejumlah fenomena atmosfer yang muncul bersamaan diantaranya adanya aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) atau arak-arakan awan hujan, aktifnya Gelombang Kelvin dan Rossby Ekuator.
“Jadi misalnya saat kejadian Bali itu, adanya aktivitas Madden Julian Oscillation yang saat itu aktif sampai hari ini sudah berkurang dan geser ya, hari ini sudah bergeser tidak di wilayah Bali lagi ya. Itu tadi pergerakan arak-arakan awan hujan dari Samudra Hindia sebelah barat Indonesia bersamaan dengan aktifnya Gelombang Kelvin dan Rossby Ekuator,” katanya.
Editor: Kastolani Marzuki