"Ini sudah klir karena kami sudah pertemukan antara seniman dengan kontraktor, kami selaku dewan yang berfungsi pengawas dan OPD terkait selaku pengguna anggaran yang mengikat kerja dengan kontraktor," katanya.
Hal sama diungkapkan Direktur PT Genta Winangun Wayan Sarna. Isu sunat-sunatan seperti itu dari pemborong memang tidak ada. Semua hak-hak upah pekerja terdiri atas pekerja patung dan pekerja yang lain-lain juga sudah dilunasi semua.
"Upah-upah pekerja memang harus kami utamakan, baru yang lain-lain. Jadi tidak ada pemotongan-pemotongan seperti itu," katanya.
Nilai kontrak yang diterima, katanya, Rp2,4 miliar lebih. Pekerjaannya bukan hanya untuk patung. Ada pekerjaan bangunan gedung monumen, ada bangunan relief, ada jembatan, lanskape, stage planter pognya dan lain-lainnya. Nilai Rp2,4 miliar bukan hanya untuk patung. Ada beberapa grup pekerja dan salah satunya grup pekerja patung.
"Kami selalu koordinasi terkait waktu pelaksanaan, hasil kerja sehingga bisa berjalan dengan baik, termasuk menyangkut upah-upah kerja. Semua sudah lunas pada 12 November 2025," katanya.
Hal sama diungkapkan koordinator pematung Makotek Nyoman Ardana. Dia memberi klarifikasi bahwa masalah pemotongan upah pekerja tidak ada. "Kami sudah dibayar lunas oleh pihak pemborong pada 12 November 2025, sehari sebelum persmian. Kami pun tak ada kendala untuk klaim dana-dana yang dibutuhkan dan dibayar pun tepat waktu. sehingga kami bisa maksimal mengerjakan patung makotek tersebut," tutur Ardana.
Untuk pembuatan patung, Nyoman Ardana mengaku melibatkan 10 orang. Tenaga ini masih ditunjang tukang cat ada 5 orang, tukang batu-batu 5 orang dan semua warga lokal dari Munggu. Upah pekerja pun sudah dibayar lunas oleh pemborong.
Editor : Rizqa Leony Putri
Artikel Terkait