Mahasiswa Harvard Transgender Meninggal di Bali, Keluarga Tak Percaya Keterangan Polisi
JAKARTA, iNews.id - Mahasiswa Harvard Kennedy School, Rodrigo Ventocilla Ventosilla (32) meninggal di rumah sakit di Bali dalam status tahanan kepolisian. Dia disebut sebagai aktivis transgender di negaranya Peru.
Dilansir The Harvard Crimson, Ventocilla melakukan perjalanan bulan madu ke Bali bersama pasangannya, Sebastian Marallano pada 6 Agustus 2022. Saat tiba di bandara, Ventocilla ditahan polisi karena tuduhan kepemilikan narkotika.
Namun keluarga beranggapan lain. Ventocilla ditangkap karena tindakan diskriminasi rasial dan transfobia. Ventocilla juga kehilangan hak-hak dasarnya, dan keluarga serta kuasa hukum tak bisa mengetahui kondisinya.
"Keluarga Ventocilla dan pasangannya, Sebaastian Marallano meminta sistem peradilan Peru menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia Rodrigo dan Sebastian untuk menjamim kebenaran, keadilan, dan pemulihan," tulis The Harvard Crimson, Rabu (24/8/2022).
Dekan Harvard Kennedy School, Douglas W Elmendorf dalam pernyataan tertulisnya menyatakan dukungan terhadap keluarga Ventocilla untuk mengusut kematian anaknya di Bali.
"Pernyataan keluarga Rodrigo menimbullkan pertanyaan yang serius yang pantas mendapatkan jawaban jelas dan akurat," tuturnya.
Ventocilla tercatat sebagai mahasiswa master administrasi publik di Harvard Kennedy School. Dia juga aktif sebagai aktivis Diversidades Trans Masculinas.

Polda Bali sebelumnya merilis kematian Ventocilla pada 11 Agustus 2022 di RSUP Sanglah. Warga negara Peru itu ditangkap polisi pada 6 Agustus 2022 karena membawa makanan dicurigai mengandung ganja.
Saat ditahan, Ventocilla muntah-muntah sehingga dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara. Namun karena kondisinya menurun, dia dirujuk ke RSUP Sanglah.
Setelah meminum obat, Ventocilla muntah-muntah dan kejang. Dokter menyatakan Ventocilla meninggal pukul 15.10 Wita.
"Penyebab kematian sesuai pemeriksaan tim dokter yaitu kegagalan fungsi tubuh yang menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan hati serta susunan saraf sampai ke otak pasien," kata Kabid Humas Polda Bali, Kombes Stefanus Satake Bayu.
Editor: Reza Yunanto