Kisah Barong Landung, Cerita Cinta Raja Bali yang Jadi Simbol Keharmonisan
JAKARTA, iNews.id - Kisah Barong Landung cerita cinta Raja Bali telah menjadi simbol cinta sejati dan keharmonisan. Barong Landung diyakini memiliki nilai spiritual.
Barong Landung berbentuk sepasang boneka yang sangat tinggi. Satu barong bersosok laki-laki warna hitam dan satu barong perempuan berwarna putih dengan mata sipit.
Menurut kepercayaan di Bali, Barong Landung dikenal sebagai perwujudan dari raja penguasa Bali pada zaman Bali Kuno, yakni Sri Jaya Pangus dengan permaisurinya asal Tiongkok, Kang Ching Wie.
Kisah Barong Landung dimulai pada zaman Kerajaan Bali kuno, Balingkang dengan Raja Sri Jaya Pangus. Pada masa pemerintahannya, sang raja sering melakukan kerjasama dengan pedagang Tiongkok.
Pada saat itu perekonomian masyarakat sangat baik. Mereka hidup sangat makmur dan tenteram. Mulai dari ketahanan militer hingga perdagangannya.
Karena sering melakukan kerja sama dengan Tiongkok inilah, Raja Jaya Pangus bertemu dengan seorang wanita Tiongkok bernama Kang Cing We yang merupakan putri dari saudagar kaya raya. Kecantikan wajah Kang Cing We membuat Raja Jaya Pangus ingin meminangnya.
Pernikahan Jaya Pangus dan Kang Cing We ini bahkan dirayakan dengan suka cita oleh masyarakat Balingkang. Setelah bertahun-tahun menikah, Raja Jaya Pangus dan Kang Cing We tidak kunjung dikaruniai anak.
Hal ini juga membuat masyarakat turut sedih. Kang Cing We dan Raja Jaya Pangus sangat sedih dengan kondisi itu. Raja Jaya Pangus memutuskan untuk mencari pencerahan, hingga terdampar di sebuah wilayah di kaki Gunung Batur. Raja Jaya Pangus pun memutuskan bermeditasi di sana.
Kehadiran sang raja ternyata menarik hati seorang dewi yang menguasai daerah tersebut. Dewi ini bernama Dewi Danu. Ia merupakan dewi penunggu Danau Batur. Ditemani oleh para kerabatnya, sang dewi akhirnya menggoda sang raja yang terbangun dari meditasinya. Raja Kerajaan Balingkang ini pun akhirnya tergoda, dan memutuskan menikahi Dewi Danu.
Singkat cerita, bertahun-tahun lamanya menunggu, Kang Cing We menatap kesedihan karena sang suami tidak pernah pulang ke kerajaan. Dari rasa penasarannya, akhirnya permaisuri Kerajaan Balingkang ini memutuskan berpetualang untuk mencari suaminya.
Melewati hutan belantara dihadapi, namun perjalanannya terhalang oleh angin kencang. Dia berusaha untuk melewatinya tapi akhirnya Kang Cing We terjatuh di sebuah hutan dan tepat di tempat suaminya terdampar dulu.
Di sini akhirnya Kang Cing We bertemu dengan seorang anak yang tidak lain adalah anak dari perkawinan suaminya yaitu Raja Sri Jaya Pangus dan Dewi Danu.
Kang Cing We merasa kecewa dan sakit hati lalu memutuskan untuk menyerang Dewi Danu yang merebut suaminya. Serangan dari Kang Cing We mendapat respons negatif dari Dewi Danu dan akhirnya karena kemarahannya dia pun mengeluarkan pasukannya yang berbentuk raksasa dan memporak-porandakan pasukan Kang Cing We.
Raja Jaya Pangus yang tak tega melihat istri pertamanya memutuskan untuk melindungi Kang Cing We dari serangan Dewi Danu. Raja menyadari cintanya kepada Kang Cing We tidak akan pernah mati.
Melihat Kang Cing We dan Sri Jaya Pangus bersatu, membuat Dewi Danu kecewa. Dalam kekecewaan itu, dia mengutuk kedua pasangan ini menjadi patung.
Dewi Danu tersadar telah berbuat kesalahan. Ia pun kemudian datang ke kerajaan tersebut membawa seorang anak yang merupakan anak Sri Jaya Pangus.
Dengan kedatangan Sang Dewi, rakyat Balingkang pun memutuskan mengangkat anak dari Sri Jaya Pangus menjadi penerus menggantikan raja. Sang Dewi pun mengingatkan rakyat Balingkang untuk terus menghormati dan mengenang mendiang raja serta permaisurinya.
Itulah Kisah Barong Landung Cerita Cinta Raja Bali. Sri Jaya Pangus dan Kang Cing We juga disimbolkan sebagai pasangan yang memiliki cinta sejati.
Untuk selalu mengenang jasa-jasa sang raja, rakyat Balingkang akhirnya memutuskan untuk memanifestasikannya ke dalam sebuah barong.
Editor: Reza Yunanto