JAKARTA, iNews.id – Kabar air laut surut dan sirine tsunami berbunyi tidak lama setelah gempa dengan Magnitudo 5,1 mengguncang Buleleng, Bali membuat panik masyarakat.
Kepala pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, I Made Rentin mengatakan, tidak benar air laut surut dan sirine tsunami berbunyi saat gempa mengguncang Buleleng.
Gempa Magnitudo 5,1 di Buleleng Bali, Begini Kepanikan Pasien RS Jembrana
“Baru saja saya hubungi Camat Seririt Nyoman Riang Pustaka menegaskan dua hal, yakni tidak benar air laut surut dan tidak benar sirine tsunami berbunyi,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis (14/11/2019).
Dia menjelaskan, tombol aktivasi sirine berada di Pusdalops BPBD Bali. Selain itu, BPBD tidak pernah mengaktifkan sirine tsunami tersebut karena memang rilis BMKG gempa tidak berpotensi tsunami. Tower sirine tsunami milik BPBD, juga berada di Desa Sulanyah, bukan di Desa Pengastulan.
Gempa Bumi M5,1 Guncang Buleleng Bali, Terasa di Denpasar, Kuta hingga Banyuwangi
“Kami tidak pernah mengaktifkan sirine (tsunami) tersebut. Jadi kami tegaskan tidak ada bunyi sirine tsunami di Seririt,” ucapnya.
Saat ini, kata dia, Camat Seririt dan Perbekel Pengastulan sedang mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpancing dengan kedua kabar yang tidak benar itu.
“Kami mengimbau masyarakat tetap tenang dan hanya percaya informasi resmi dari BMKG,” katanya.
Diketahui, Gempa bumi Magnitudo 5,1 mengguncang Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, Kamis (14/11/2019), pukul 17.21 WIB. Gempa yang terasa hingga di beberapa wilayah dari Denpasar, Kuta, higga Banyuwangi tersebut tidak berpotensi tsunami.
Berdasarkan analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), episenter gempa bumi tersebut terletak di titik koordinat 8,16 Lintang Selatan (LS) dan 114,90 Bujur Timur (BT).
Lokasi gempa bumi berada tepatnya 21 kilometer (km) dari arah Barat Daya Kabupaten Buleleng, Bali. Sementara kedalaman gempa mencapai 10 km.
Informasi yang diperoleh BMKG dari dari warga, gempa tersebut terasa dalam skala intensitas III-IV MMI di Buleleng, III MMI di Denpasar, III MMI di Kuta, III MMI di Mataram, III MMI di Jembrana, II MMI di Lombok Barat, dan skala intensitas II MMI di Banyuwangi.
Editor: Kastolani Marzuki