Sistem Kasta di Bali
Catur Wangsa
Pembagian kasta yang mengikuti sistem kasta di India, seperti Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Selain itu, Bali juga mengenal istilah jaba atau "luar", merupakan orang-orang yang berada di luar keempat kasta tersebut.
Di dalam kehidupan masyarakat Hindu dikenal adanya sistem warna, yaitu suatu sistem pengelompokan masyarakat berdasarkan profesi yang ditekuni, bakat dan keahlian yang dikuasai. Pada perkembangannya, sistem warna dari agama Hindu ini sering disalahgunakan oleh penguasa penguasa feodal dan pengikut pengikutnya untuk melanggengkan pengaruh politiknya di masyarakat.
Sistem warna adalah pengelompokan orang berdasarkan tugas dan kewajiban yang dijalankan di dalam kehidupan bermasyarakat berubah menjadi tingkatan-tingkatan yang membedakan derajat seseorang berdasarkan keturunan. Dasar sistem ini dikelompokkan berdasarkan profesi dan keahlian. Tingkatan kelas inilah yang kemudian disebut dengan kasta.
Triwangsa
Pembagian kasta mengambil tiga kasta teratas dari sistem Caturwangśa. Triwangsa (tri·wang·sa) tergolong dalam kata benda yang memiliki arti "tiga kasta (Brahmana, Ksatria, Waisya)". Berdasarkan triwangsa, maka semua gelar diperoleh secara turun-menurun dan ditentukan berdasarkan garis keturunan.
Pola triwangsa pada masyarakat Bali, bisa mempengaruhi kehidupan kerajaan Mataram, Lombok. Pengaruhnya terlihat pada pemakaian gelar seperti Anak Agung, Cokorda, Gusti dan lainnya.
Penerapan Kasta dalam kehidupan Masyarakat Bali
Pada prinsipnya penerapan sistem kasta di Bali ini bisa kita lihat dari tutur bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Pada bahasa Bali dibagi menjadi 3 bagian yaitu bahasa alus, biasa dan kasar.
Mereka dari kasta lebih rendah, wajib berkomunikasi dengan bahasa alus kepada orang dari kastanya lebih tinggi. Hal ini Kasta Brahmana adalah yang paling tinggi diikuti dengan Ksatria, Waisya dan Sudra.
Seiring perkembangan zaman dan pendidikan, hal ini sangat berpengaruh besar untuk perubahan yang terjadi saat ini. Para generasi sekarang merasa jauh lebih nyaman menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga perbedaan dalam sistem Kasta tidak terlalu tampak saat ini. Walaupun saling hormat menghormati adalah suatu hal yang wajib kita lakukan antar sesama manusia.
Begitu juga dalam pekerjaan sehari-hari, fungsi sistem kasta sudah tidak berlaku lagi. Tidak ada lagi pengelompokan pekerjaan berdasarkan Kasta. Mereka dari kasta paling bawah pun masih berhak menjadi seorang pemimpin dan juga sudah hal yang biasa seorang dari kasta Brahmana menjadi staf bawahan di dalam pekerjaan.
Terdapat kaitannya dengan hal keagamaan, mayoritas “sulinggih” atau Pendeta Hindu berasal dari kasta Brahmana. Walaupun tidak mutlak yang artinya masih ada juga dari golongan kasta di bawahnya.
Pada kenyataannya, sekarang ini sistem kasta di Bali tidak lagi berlaku sesuai fungsinya, melainkam diberlakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Artinya fungsi ini sudah tidak sesuai lagi dengan fungsi awalnya.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait