Upacara Ngerupuk di Bali, Ritual Usir Buta Kala Sebelum Nyepi
JAKARTA, iNews.id - Upacara Ngerupuk tidak asing bagi yang tinggal di Bali. Upacara keagamaan Hindu ini digelar menjelang Hari Raya Nyepi.
Sebelum melaksanakan Hari Raya Nyepi, umat Hindu Bali menggelar Upacara Ngerupuk atau Pengerupukan.
Mengutip laman Pemerintah Kota Denpasar, Upacara Ngerupuk bertujuan mengusir Buta Kala yang dilakukan pada sore hari (sandhykala) setelah sebelumnya dilakukan Upacara Mecaru di masing-masing rumah.
Tujuan Upacara Ngerupuk untuk membersihkan Jagad Bhuana Alit dan Bhuana Agung berdasarkan konsep Tri Hita Karana, yakni menyelaraskan Tuhan Yang Maha Kuasa, manusia, dan alam.
Upacara Ngerupuk atau Pengerupukan dilakukan dengan cara menyebar nasi tawur ke rumah serta pekarangan dan memukul benda apa saja yang bisa menimbulkan suara gaduh seperti kentungan.
Tahapan tersebut bermakna mengusir Buta Kala yang berada di rumah, pekarangan dan lingkungan sekitar.
Pengerupukan di Bali diramaikan dengan pawai ogoh-ogoh, sebuah patung berukuran besar yang merupakan simbol perwujudan Buta Kala.
Pada akhir Pengerupukan, ogoh-ogoh itu setelah diarak keliling desa akan dibakar. Ogoh-Ogoh yang dibakar itu sebagai simbol mengusir Buta Kala dan unsur-unsur jahat.

Saat Pengerupukan, masyarakat akan berkeliling membawa obor dan mengobori rumah, pekarangan dan lingkungan sekitar. Pengerupukan dilakukan di tingkat banjar atau desa. Biasanya mengelilingi wilayah banjar atau desa sebanyak tiga kali.
Sebelum menggelar Pengerupukan, lebih dulu dilakukan Mecaru di tingkat rumah.
Itu dia penjelasan Upacara Pengerupukan di Bali.
Editor: Reza Yunanto