Protes Wajib Swab, Niluh Djelantik Tulis Surat Terbuka ke Gubernur Koster

DENPASAR, iNews.id - Perancang sekaligus tokoh muda berpengaruh di Bali, Niluh Djelantik menyampaikan protes keras kepada Gubernur Bali, I Wayan Koster. Hal itu terkait kebijakan wajib swab test untuk pengunjung yang akan datang ke Bali mulai 18 Desember 2020.
Seperti diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali mewajibkan wisatawan yang melakukan perjalanan udara ke Bali untuk membawa hasil negatif uji swab berbasis PCR pada H-2 sebelum keberangkatan. Juga rapid test antigen tes untuk perjalanan darat pada H-2 sebelum masuk ke Bali, mulai 18 Desember-4 Januari 2020.
Terkait kebijakan itu, Niluh Djelantik, menyampaikan surat terbuka kepada Gubernur Koster. Isinya mengkritisi keras kebijakan tersebut.
Dia menjabarkan bagaimana kebijakan itu merugikan para pengunjung, khususnya kerugian materi, bahkan semakin menekan perekonomian Bali.
Berikut surat terbuka dari Niluh Djelantik kepada Gubernur Koster.
“SALAM SATU PERIODE. RAKYAT BALI SUDAH BOSAN MAKAN HIMBAUAN. SURAT TERBUKA untuk Gubernur Bali, I Wayan Koster. Selasa, 15 Desember 2020.
Selamat malam Pak. Apa kabar? Semoga sehat selalu ya Pak. Ketemu lagi nih Pak sama saya. Hari ini saya menerima banyak pesan menanyakan tentang surat terlampir.
Salah satu poinnya: Wisatawan naik pesawat ke Bali wajib tes PCR H-2 sebelum penerbangan ke Bali serta mewajibkan tes rapid antigen H-2 sebelum perjalanan darat masuk ke Bali.
Pak, tahu nggak kalau di beberapa daerah hasil swab baru bisa didapat setelah 3/4 hari. Tidak semua rumah sakit bisa swab tes tiap hari. Contohnya Timika, Papua. PCR TES hanya bisa hari SELASA DAN KAMIS.
Sebagian besar wisatawan sudah memesan tiket pesawat, hotel/akomodasi. Mereka sudah siapkan anggaran rapid tes. Dan sekarang ada aturan ini ? Berarti mereka harus siapkan dana 10 kali lipat ? Belum lagi bentrokan aturan harus tes maksimal 2x24 jam sebelum keberangkatan.
Contoh 1 : Wisatawan dari Timika rencana ke Bali 27 Des 2020. Sudah bayar tiket & hotel jauh hari sebelumnya. Berarti mereka tes PCR tanggal 25 Des 2020. Tanggal 25-26 Des itu libur Natal Pak. Rumah Sakit tidak bisa melayani tes karena libur nasional. Kebayang chaos nya pak ?
Contoh 2 : Wisatawan dari Jakarta rencana ke Bali tanggal 25 Des 2020. 20 orang. Tiket pesawat & hotel sudah dibayar. Mereka sudah siapkan biaya rapid tes Rp. 150,000/orang. Sekarang mereka harus siapkan biaya tes PCR Rp. 30,000,000 ? Bayangkan kerugian mereka Pak,” tulisnya, dikutip Rabu (16/12/2020).
Ketua DPP Partai NasDem Bidang UMKM itu juga menyebut kebijakan itu akan semakin menekan pariwisata Bali, yang sudah terpukul Covid-19 sejak 10 bulan lalu. Dirinya juga menanyakan perihal penggunaan dana penanganan pandemi yang dikelola Pemprov Bali.
“10 bulan Bali sudah mati suri. Ekonomi sudah sekarat. Rakyat menjerit. Hari ini ada aturan ini. Dadakan. Seolah bapak baru bangun dari tidur panjang lalu memutuskan bikin aturan yang mencekik tak hanya rakyat Bali tapi juga wisatawan domestik yang sudah jauh hari mau ke Bali.
Anggaran Rp756 Milyar penanganan Covid-19 kemarin dipake apa aja sih Pak? Berani buka-bukaan Pak? Udah dulu ya Pak. Ditunggu revisinya. Jangan lupa bapak bisa duduk di kursi itu karena rakyat. Jangan khianati kepercayaan mereka.
SALAM NASBEDAG SATU PERIODE. Tak ada guna jadi pemimpin kalau bisanya cuma kasih himbauan dan ujung-ujungnya bikin rakyat sengsara.
NILUH DJELANTIK,” tulisnya.
Niluh dengan lugas menyampaikan ‘salam satu periode’ untuk menggambarkan kekesalannya. Hal itu mengingat Gubernur Koster yang memang baru menjabat gubernur Bali untuk periode pertama hingga 2023 mendatang.
Editor: Kastolani Marzuki