Pengantin Baru Jadi Korban KMP Yunicee saat Ambil Daging Kambing ke Banyuwangi

JEMBRANA, iNews.id - Seorang warga bernama Lutfi Fandios (41), melaporkan adik iparnya Shofyan Tsauri (32), ke Posko Pengaduan Orang Hilang di Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana. Pengantin baru itu diduga ikut menjadi korban karena masuk dalam daftar manifes kapal nahas KMP Yunicee.
"Korban ini baru menikah sekitar empat, lima bulan yang lalu. Pulang ke Genteng, Banyuwangi untuk mengambil daging kambing yang akan dipakai acara selametan keponakannya di Negara, Jembrana," kata Lutfi saat ditemui di Posko Pengaduan Orang Hilang di Pelabuhan Gilimanuk, Rabu (30/6/2021).
Keseharian Shofyan bekerja untuk perbaikan kabel jaringan seluler di Jembrana, Bali. "Tumben kemarin pulang ke Banyuwangi waktu ambil daging istrinya nggak diajak. Karena masih pengantin baru, biasanya pergi ke mana-mana istrinya selalu diajak atau ikut," katanya.
Menurut Lutfi, iparnya ini pamit berangkat dari rumah di Banyuwangi untuk pergi ke Bali pada Selasa (29/6/2021) setelah Salat Asar.
Shofyan dilaporkan hilang bersama dengan motor dan kotak daging kambing mentah yang akan digunakan untuk acara selamatan keponakannya.
"Adik saya sekarang hilang sama motor dan daging yang dibawa itu yang sudah didoain untuk acara selametan," ujar Lutfi.
Sebelum dilaporkan hilang, Shofyan sempat mengunggah status di WhatsApp pribadi informasi untuk warga yang akan mencari tes GeNose di Pelabuhan Gilimanuk.
Ada juga gambar rakit di tengah laut. Shofyan turut menuliskan kalimat bijak terkait rezeki dan ibadah. Sementara di slide terakhir, dia mengunggah makam almarhum ayahnya.
Dari data di Posko SAR Gabungan di Pelabuhan Gilimanuk, total manifes KMP Yunicee 41 orang ditambah 13 ABK dan tiga penjaga kantin kapal.
Dari jumlah itu, tujuh orang dilaporkan meninggal dunia. Seluruhnya telah teridentifikasi dan diambil keluarganya untuk dimakamkan.
Sementara ada 16 orang penumpang kapal tenggelam yang dilaporkan hilang ke Posko Pengaduan. Lima di antaranya terdaftar di manifes sedangkan 11 orang tidak masuk dalam data.
Editor: Maria Christina