Makanan Berbahan Babi Ditangkal Masuk Bali, Cegah Penyakit Demam Babi Afrika
DENPASAR, iNews.id – Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, Bali memperketat pengawasan terhadap makanan berbahan dasar babi agar tak masuk ke Pulau Dewata. Hal itu dilakukan untuk mencegah masuknya penyakit demam babi Afrika dari luar daerah.
Apalagi Bali mulai ramai karena sudah memasuki libur natal dan tahun baru. Untuk itu, petugas balai karantina melakukan pemeriksaan ketat kepada makanan wisatawan domestik dan luar negeri yang masuk ke Bali. Wabah demam babi Afrika itu diketahui menyebabkan 30.000 babi di Sumatera Utara mati sejak September 2019. Penyakit ini juga sudah menyebar ke empat benua.
“Balai karantina punya wewenang mengawasi sampah, bangkai hewan, dan produk yang ada kandungan hewannya pada pesawat dan kapal. Yang ada berbahan babi akan langsung dimusnahkan,” kata Kepala Balai Karantina Pertania Kelas I Denpasar, Putu Tarunanegara, Minggu (22/12/2019).
Dia mengatakan risiko penyebaran virus dari luar daerah ke Bali terbuka lebar jika wisawatan dibiarkan membawa makanan berbahan babi. “Kalau mereka bawa dari luar daerah, kemudian dimakan, tidak habis, dibuang ke sampah, lalu diambil peternak babi maka akan terjadi risiko itu,” katanya.
Putu mengatakan risiko masuknya makanan berbahan babi cukup besar melalui kapal pesiar. Menurut hasil pemeriksaan di lapangan, sampah produk olahan babi dari sarana transportasi termasuk kapal pesiar langsung menuju ke tempat pembuangan akhir sampah.
Untuk memastikan pemusnahan sampah makanan berbahan babi, Putu mengatakan balai karantina akan mengawalnya hingga tempat pembuangan akhir untuk memastikan dibakar sampai musnah. Selanjutnya balai karantina akan bekerja sama dengan bea cukai agar sampah makanan olahan babi bisa langsung dibakar di bandara.
"Sehingga tidak perlu sampai keluar bandara, jadi hanya dibakar dan dimusnahkan di dalam bandara sehingga memimalisir risiko diambil oleh peternak babi di luar. Sosialisasi mengenai penularan penyakit demam babi Afrika dan upaya pencegahannya juga terus dilakukan ke para pemangku kepentingan terkait," katanya.
Editor: Rizal Bomantama