Intensitas Gempa Turun, Gunung Agung Tetap Berpotensi Erupsi

JAKARTA, iNews.id – Intensitas gempa tremor dampak dari aktivitas vulkanik Gunung Agung di Karangasem, Bali, terpantau terus turun. Namun masyarakat diminta tetap waspada karena erupsi masih berpotensi terjadi.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), konsentrasi gas sulfur dioksida (SO2 yang) terukur pada Selasa (5/12/2017) siang turun drastis dibandingkan fase erupsi eksplosif pada 26-27 November lalu. Saat ini tingkat konsentrasi SO2 terpantau 20 kali lebih rendah.
"Kondisi di atas itu dapat merefleksikan setidaknya dua kemungkinan. Pertama, laju magma yang naik ke permukaan melemah karena kehilangan energi akibat gas magmatik berkurang pascaerupsi dan pada akhirnya habis menuju keseimbangan (equilibrium). Kedua, terjadi penyumbatan pada pipa magma," papar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantor BNPB, Jakarta, Selasa (5/12/2017).
Sutopo menerangkan, ketika magma kehilangan mobilitas potensi terjadinya erupsi berkurang. Bahkan erupsi-erupsi selanjutnya bisa jadi tidak teramati lagi dalam waktu dekat sampai magma baru lahir lagi.
Namun Sutopo keadaan ini tak berarti potensi erupsi Gunung Agung hilang. Letusan lebih besar bisa saja terjadi karena akumulasi tekanan magma bertambah.
"Jika terjadi penyumbatan, maka ada dua kemungkinan yang dapat terjadi. Kalau masa tenangnya lama, maka kemungkinan akumulasi tekanannya semakin besar, erupsi memungkinkan terjadi lebih eksplosif dari erupsi kemarin," ungkap Sutopo.
Dia menjelaskan, pada erupsi 1963 lalu terdapat fase istirahat sekitar dua minggu sebelum terjadinya erupsi utama yang mencapai ketinggian sekitar 23 km.
Kemungkinan kedua, jika masa tenang atau fase istirahat sebentar, akumulasi tekanan tidak besar, maka erupsi bisa jadi sama dengan beberapa hari lalu atau lebih rendah dibanding erupsi 1963.
Sutopo mengingatkan, karena kompleksitas yang dimiliki oleh gunung api, sains vulkanologi hingga saat ini belum bisa didekati dengan metode deterministik (kepastian). Sebab, vulkanologi adalah sains yang didekati metode probabilistik (kemungkinan), dengan unsur ketidakpastian harus selalu dimasukkan.
"Artinya, meskipun saya menjelaskan beberapa kemungkinan, bisa jadi Gunung Agung punya rencananya sendiri yang tidak masuk ke kemungkinan tersebut. Karena itu, kita perlu bersabar menunggu perkembangan data sehingga kita benar-benar melihat indikasi yang lebih jelas," tutur Sutopo.
Editor: Zen Teguh