get app
inews
Aa Text
Read Next : Perempuan di Sanggau Ditangkap Bawa Sabu 18,5 Kg, Mengaku Kurir Narkoba

Dorong Perempuan Berpolitik, Perindo Bali Ajak Kartini Milenial Gabung di Pemilu

Kamis, 14 April 2022 - 21:58:00 WITA
Dorong Perempuan Berpolitik, Perindo Bali Ajak Kartini Milenial Gabung di Pemilu
Ketua DPD Perindo Denpasar I Gusti Ayu Mas Seri Lestari Prihatini (dua kiri) dan Wakil Sekretaris DPW Selvianti Joenoes (dua kanan) ajak perempuan Bali bergabung Perindo guna mendorong keterwakilan perempuan dalam kursi legislatif di Pemilu. (Ist)

DENPASAR, iNews.id - DPW Perindo Bali mengajak kartini milenial untuk bergabung menjelang Pemilu 2024. Hal itu guna mendorong keterwakilan perempuan dalam kursi legislatif.

"Di tahun politik ini menjadi harapan bagi semua perempuan untuk bisa terpenuhinya kuota perempuan di legislatif. Bukan sekadar angka, tapi terpenuhi oleh perempuan-perempuan berkualitas yang betul-betul memperjuangkan aspirasi kaum perempuan,” ujar Ketua DPD Partai Perindo Kota Denpasar I Gusti Ayu Mas Seri Lestari Prihatini, Kamis (14/4/2022).

Menurutnya, perempuan di Bali harus maksimal mengisi kursi legislatif di setiap tingkat ketika digelar pemilu. Ini berbeda dengan sekadar mengisi kursi caleg.

Dalam dunia politik, perempuan memiliki peran besar sebagai agen perubahan dalam melahirkan gagasan-gagasan dan kebijakan yang mendukung pada kepentingan kaumnya.

Peran strategis dan penting untuk dilakukan saat ini adalah memberikan pendidikan terkait nilai-nilai anti-korupsi mulai dari lingkungan sekitar.

"Misalnya diterapkan melalui tindakan kecil seperti menanamkan budaya jujur kepada anak dan keluarga," katanya.

Wakil Sekretaris Wilayah DPW Partai Perindo Bali Selvianti Joenoes dalam kesempatan sama menambahkan, ada tiga tantangan yang dihadapi perempuan ketika terjun ke kontestasi politik.

Pertama, tantangan individu. Perempuan itu sendiri seringkali tidak percaya diri karena latar belakang masyarakat yang menganggapnya selalu kelas dua dan sering terhegemoni superior laki-laki.

Akibatnya, pengambilan keputusan seringkali tidak melibatkan perempuan. Contoh paling nyata di Bali pengambilan keputusan paruman banjar. Di situ seringkali hak perempuan diabaikan. 

Kedua yaitu tantangan kultural. Tantangan ini tidak kalah beratnya. Karena budaya masih menempatkan perempuan sebagai objek bukan subjek.

Terakhir tantangan struktural. Ketika perempuan terjun ke politik dia tidak mendapat dukungan penuh dari struktural partainya sendiri.  Perempuan masih seringkali ditempatkan pada posisi vote getter atau pendulang suara.

"Jadi ruang geraknya tidak diberikan maksimal sehingga membuat perempuan tidak bisa maksimal dalam meraup suara sehingga sulit menjadi legislatif maupun eksekutif," kata Kartini Perindo yang disapa Evi tersebut. 

Dia mengajak perempuan di Bali lebih cakap berpolitik dengan meningkatkan kepercayaan diri dan kualitas.

"Dengan begitu perempuan lebih punya peluang untuk menduduki jabatan eksekutif maupun legislatif," ujar Evi.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut