Tapi dibanding negara-negara maju, Indonesia relatif lebih cepat tersembuhkan dan terpulihkan. "Saat pandemi kita semua berdoa supaya musibah ini cepat diangkat," katanya.
Sebagai bangsa yang religius, maka sudah menjadi tugas kyai dan ulama mengangkat tangan berdoa. Begitu juga pendeta, pastor, pedanda hingga biksu juga berdoa. "Dari doa-doa itu saya percaya bisa mengatasi semua permasalahan di negeri ini," kata mantan Gubernur NTB ini.
Menurut TGB, tidak ada satu orang pun yang tidak merasa kehilangan keluarga, saudara hingga sahabat karena Covid-19. Namun di balik itu, ada hikmah besar yaitu perlunya bersandar kepada sang pencipta untuk menghasilkan kekuatan yang hakiki.
Pandemi juga mengajarkan bahwa kebersamaan adalah modal yang luar biasa untuk mengatasi semua kesulitan. "Kita saling membantu. Tidak ada yang ingin menang sendiri. Semua membuka hati mendahulukan kepentingan bersama. Sehingga kita bisa menang bersama," ajaknya.
Selain itu, pandemi juga menjadi peringatan bagi manusia untuk menjaga nikmat yang sudah diberikan Tugan. "Kufur nikmat adalah melupakan lupa menjaga, dibiarkan terlantar dan tersia-siakan sehingga diganti dengan musibah. Karena itu, puncak derajat yang paling tinggi adalah syukur," katanya.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait