BULELENG, iNews.id - Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengaku tak mudah meyakinkan pengusaha hotel di wilayahnya untuk menjadi lokasi karantina pekerja migran. Padahal, Pemkab bersedia membayar penuh biaya penggunaan hotel selama masa karantina.
"Sebelumnya saya sudah melakukan penjajakan terhadap beberapa hotel yang berada di sekitar Kota Singaraja, namun pemilik hotel yang dihubungi itu enggan mengizinkan," katanya Bupati di Singaraja, Rabu (15/4/2020).
Akhirnya, dia meminta bantuan pengurus Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Cabang Buleleng untuk melakukan komunikasi dengan para pemilik hotel di Singaraja.
Setelah melalui pembicaraan, sejumlah pemilik hotel di Singaraja bersedia disewa dan dimanfaatkan hotelnya sebagai tempat karantina pekerja migran.
"Akhirnya sampai dengan jam 19 malam, PHRI setuju memberikan beberapa hotel untuk kami gunakan sebagai tempat karantina bagi PMI," katanya.
Dia menambahkan, secara bertahap Pemkab Buleleng akan menambah lagi jumlah hotel yang dijadikan tempat karantina dengan menyesuaikan jumlah pekerja migran yang datang.
Sebab hotel-hotel yang digunakan untuk karantina itu nantinya tidak diperkenankan menerima tamu lain.
"Biaya yang digunakan untuk menyewa hotel-hotel itu sangat murah, hal itu sebagai bagian dari bentuk partisipasi dan kepedulian PHRI Buleleng dalam menghadapi pendemi corona ini," katanya.
Sebelumnya, Pemkab Buleleng memindahkan 17 pekerja migran asal Buleleng yang dikarantina di gedung sekolah dasar (SD) di Kota Singaraja ke Hotel Aneka di kawasan wisata Lovina.
Pemindahan itu lantaran gedung SD tempat karantina dinilai tidak layak. Selain itu dari segi pengawasan juga dinilai tidak aman untuk pencegahan penyebaran virus corona.
Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait