JAKARTA, iNews.id - Mengenal pesona Bengkala, desa yang dihuni oleh warga tuli dan bisu di Pulau Bali. Ketika datang berkunjung di desa ini, kemungkinan besar kamu akan disambut dengan ucapan selamat datang menggunakan bahasa isyarat.
Pesona wisata Bali selalu saja membuat wisatawan betah untuk berwisata berkali-kali. Tidak hanya memiliki pantai dan pura yang eksotis, Bali juga menyimpan banyak desa yang memiliki keunikan.
Selain keindahan alamnya yang memanjakan mata, budaya Bali juga penuh dengan keanekaragaman serta keunikan di dalamnya. Seperti Desa Bengkala di Bali Utara misalnya. Desa ini dikenal sebagai desa bisu dan tuli.
Berikut fakta menarik seputar Desa Bengkala yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Disebut sebagai Desa Kolok
Desa Bengkala ini sering disebut juga sebagai Desa Kolok. Desa Bengkala memiliki sekolah luar biasa khusus mengajarkan Bahasa isyarat yang digunakan di Desa Bengkala.
Desa Bengkala merupakan desa istimewa karena memiliki komunitas tuna rungu wicara (tuli dan bisu) cukup besar. Sekitar 2% dari jumlah keseluruhan penduduk Desa Bengkala, lahir dalam keadaan kolok atau tuli dan bisu dalam Bahasa Bali.
2. Sudah ada sejak dulu
Menurut catatan berbentuk lempengan tembaga dari zaman pemerintahan Paduka Sri Maharaja Aji Jayapangus Arkaja China (1133-1173 Masehi), ditemukan data mengenai desa Bengkala tetapi juga disebut Bengkala oleh masyarakat.
Prasasti ini berangka tahun saka 1103 atau 22 Juli 1181 Masehi, dan ditemukan pada tahun 1971. Menurut catatan tersebut, sudah dapat disimpulkan, Desa Bengkala telah ada sejak dahulu kala.
3. Lokasi Desa Bengkala
Desa Bengkala terletak di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, tepatnya Bali Utara Provinsi Bali. Lokasi Desa Bengkala mudah untuk diakses, hanya dengan berkendara dari Kuta dengan estimasi waktu 30 menit. Sementara, melalui Pusat Kota Singaraja berjarak 15,6 km dengan jarak 3,8 km.
4. Kolok dipercaya sebagai kutukan
Meski di desa itu kerap dijadikan objek penelitian, sejauh ini warga masih tetap memercayai, kekolokan yang terjadi disebabkan oleh kutukan.
Selama orang kolok masih ada di Desa Bengkala, warga percaya, kutukan itu belum hilang. Meski demikian, hal tersebut menjadi kelebihan bagi desa tersebut, warga kolok di Desa Bengkala mendapat perlakuan istimewa.
Editor : Komaruddin Bagja