JAKARTA, iNews.id - Tradisi Bali terpopuler akan dibahas dalam artikel berikut ini. Kekayaan budaya dan adat istiadat Bali menjadi daya tarik wisata baik lokal maupun mancanegara.
Beberapa tradisi di Bali yang berakar dari agama Hindu memiliki kedalaman makna dan keindahan tersendiri. Tak heran jika Pulau Bali dikenal sebagai pusat kebudayaan Indonesia yang mendunia.
Apa saja tradisi Bali terpopuler? Berikut 12 tradisi yang terpopuler dan unik dirangkum iNews.id, Kamis (7/9/2023).
Tradisi Bali Terpopuler
1. Ngaben
Salah satu upacara adat yang paling terkenal di Bali adalah Ngaben. Upacara Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah dan tergolong dalam upacara upacara Pitra Yadnya (yang ditujukan kepada leluhur).
Tubuh yang telah meninggal dibakar dalam upacara yang dianggap sebagai pembebasan roh dari tubuh fisik dan kembali ke alam semesta. Upacara ini juga melibatkan penyerahan roh kepada dewa dan leluhur.
Tujuan Ngaben adalah membakar jenazah maupun simbolisnya kemudian menghanyutkan abu ke sungai atau laut yang memiliki makna untuk melepaskan Sang Atma (roh) dari belenggu keduniawian sehingga dapat dengan mudah bersatu dengan Tuhan.
2. Pengerupukan
Pengerupukan adalah salah satu tahapan pelaksanaan Hari Raya Nyepi untuk mengusir Bhuta Kala dari rumah, pekarangan dan sekitarnya. Bhuta Kala merupakan salah satu bentuk ekspresi karakter buruk umat Hindu di lingkungan sekitar.
Pada kegiatan ini, masyarakat Bali akan membuat keributan dengan cara memukul benda-benda keras, membakar boneka besar yang disebut Ogoh-Ogoh yang melambangkan kejahatan, dan mengusir roh jahat. Ini adalah cara untuk membersihkan energi negatif sebelum memasuki tahun baru.
Selain sebagai momen pembersihan dan persiapan untuk menyambut tahun baru, Pengerupukan memiliki makna simbolis yang mendalam. Pengusiran roh-roh jahat melalui ogoh-ogoh dan pembakaran api diartikan sebagai cara untuk membersihkan lingkungan dan jiwa dari gangguan spiritual serta memberikan kesegaran dan awal yang baru.
3. Melasti
Melasti adalah salah satu upacara penting dalam tradisi agama Hindu di Bali. Upacara Melasti biasanya dilakukan di pinggir pantai Melasti sebelah selatan Pulau Bali dengan tujuan untuk mensucikan diri dari segala perbuatan buruk di masa lalu dan membuangnya ke laut.
Pada hari upacara, masyarakat Hindu Bali berkumpul di tempat-tempat suci yang telah ditentukan. Mereka membawa patung-patung dewa dan alat-alat upacara lainnya dari kuil ke tempat pelaksanaan upacara. Selama prosesi, patung-patung dewa dibawa ke pantai atau sumber air suci, diiringi dengan nyanyian, tarian, dan musik tradisional.
Tujuan utama dari upacara Melasti adalah untuk menyucikan diri dan segala sesuatu yang dianggap suci dalam agama Hindu Bali. Upacara ini juga dilakukan untuk membersihkan benda-benda suci dari kuil dan menghormati dewa-dewa Hindu.
4. Perang Pandan
Perang Pandan juga dikenal sebagai Mekare-kare atau Ngerebeg adalah sebuah tradisi unik yang berasal dari Desa Tenganan. Tradisi ini adalah bentuk perayaan ritual yang dilakukan oleh masyarakat Bali Aga, yang merupakan kelompok etnis asli 5. Bali sebelum kedatangan budaya Hindu di pulau ini.
Dalam tradisi ini, para pria dari desa tersebut akan bertarung satu lawan satu dengan menggunakan daun pandan yang telah dikeringkan dan dilipat menjadi senjata. Daun pandan ini keras dan berduri, sehingga dapat menyebabkan luka dan goresan pada tubuh.
Tujuan dari Perang Pandan ini bukanlah untuk melukai atau membunuh lawan, melainkan sebagai bagian dari ritual keagamaan untuk menghormati Dewa Indra, dewa perang dalam agama Hindu.
5. Saraswati
Upacara Saraswati ini dirayakan untuk menghormati Dewi Saraswati, yang dianggap sebagai dewi ilmu pengetahuan, seni, dan musik dalam agama Hindu yang dilakukan setiap 210 hari sekali sesuai kalender Bali pada hari Sabtu Umanis Watugunung.
Masyarakat Bali melakukan upacara di pura. Altar atau tempat suci didekorasi dengan indah, diberi penjor (hiasan bambu) dan ditempatkan dengan persembahan berupa bunga, buah-buahan, makanan, dan alat-alat ilmu pengetahuan.
Upacara Saraswati tidak hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga memiliki makna filosofis. Ini adalah saat yang tepat bagi orang-orang Bali untuk merenungkan nilai-nilai ilmu pengetahuan, seni, dan musik dalam kehidupan mereka serta untuk merayakan kemajuan intelektual dan spiritual.
6. Omed-omedan
Omed-omedan adalah ritual saling peluk dan tarik-menarik secara bergantian antara dua kelompok muda-mudi yang rutin diadakan setiap tahun pada hari pertama setelah Nyepi.
Tradisi Omed-omedan melibatkan interaksi sosial antara pemuda dan pemudi di desa tersebut. Mereka berkumpul di jalan-jalan desa dan membentuk dua kelompok yang berhadapan satu sama lain.
Pada momen tertentu, para pemuda dan pemudi saling mendekat dan mulai melakukan aksi ciuman atau pelukan secara ringan. dalam konteks budaya Bali, Omed-omedan dianggap sebagai ekspresi rasa kebersamaan, persahabatan, dan kegembiraan. Tradisi ini juga diyakini membawa berkah dan keberuntungan bagi para peserta.
7. Mekotek
Mekotek adalah sebuah tradisi yang berasal dari Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Tradisi ini terutama dikenal melalui perayaan Mekotekan yang biasanya diadakan pada bulan April atau Mei setiap tahunnya.
Mekotek adalah sebuah ritual sekelompok pemuda desa bekerja sama untuk menumpuk batang pohon palem atau bambu yang panjangnya bisa mencapai 25 meter atau lebih. Batang-batang pohon tersebut kemudian diatur sedemikian rupa sehingga membentuk menara yang tinggi dan kokoh.
Prosesi ini digelar dengan tujuan tolak Bala untuk melindungi dari serangan penyakit dan juga memohon keselamatan.
8. Gebug Ende Seraya
Atraksi ini dikenal juga dengan perang rotan. Dua orang laki-laki berhadap-hadapan dan saling serang dengan sebatang rotan sepanjang 1,5-2 meter kemudian tangan satunya memegang tameng untuk menangkis serangan lawan.
Pertarungan Gebug Ende melibatkan dua kelompok pemuda dari desa yang saling berhadapan di atas area pertempuran. Pemuda-pemuda ini biasanya hanya mengenakan sarung dan juga daun pandan yang diikatkan pada tangan mereka. Daun pandan digunakan untuk memukul lawan dan mencoba menghindari serangan lawan.
Tradisi ini memiliki nilai-nilai kebudayaan yang mencerminkan kebersamaan dan keberanian. Pertarungan yang dilakukan dalam tradisi ini pun melambangkan kebikan dan kejahatan dalam kepercayaan Hindu Bali.
9. Mepandes
Dikenal juga dengan nama Metatah atau Mesuguh. Upacara Mepandes dilakukan ketika seorang anak mulai memasuki masa remaja. Dalam Upacara Mepandes ini, 6 buah gigi taring bagian atas anak-anak yang beranjak dewasa akan dikikis.
Upacara pemotongan gigi ini digelar dengan tujuan untuk menghilangkan nafsu buruk seperti keserakahan, kecemburuan, marah, dan sebagainya.
Lebih dari sekadar rangkaian tindakan fisik, Mepandes memiliki makna yang mendalam dalam aspek spiritual. Murni tidak hanya merujuk pada pemurnian fisik, tetapi juga pada pembersihan spiritual dan pemurnian pikiran.
10. Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan adalah salah satu perayaan agama penting dalam tradisi Hindu Bali. Perayaan ini merayakan kemenangan Dharma (kebenaran, moralitas, dan keadilan) atas Adharma (ketidakbenaran dan kejahatan) serta menghormati leluhur dan roh-roh suci.
Di Hari Raya galungan orang-orang meyakini bahwa pintu gerbang antara dunia manusia dan dunia roh terbuka, memungkinkan leluhur untuk turun ke bumi dan berkunjung. Ini adalah waktu untuk menghormati dan berkomunikasi dengan leluhur serta memperkuat hubungan spiritual dengan mereka.
11. Tumpek Landep
Tumpek Landep dapat diartikan sebagai upacara selamatan terhadap semua jenis alat tajam atau runcing serta memohon kepada Sang Hyang Pasupati agar semua alat atau senjata tetap bertuah. Tumpek Landep juga memiliki makna menajamkan pikiran (ngelandepang idep).
Tumpek Landep dirayakan setiap enam bulan sekali atau 210 hari sekali berdasarkan sistem penanggalan Bali,tepatnya pada Saniscara Kliwon (Sabtu Kliwon) wuku Landep. Tujuannya adalah untuk memohon agar alat-alat tersebut tetap tajam, berfungsi dengan baik, dan digunakan dengan hati yang baik.
12. Mesuryak
Budaya dan tradisi Mesuryak di Tabanan ini berlangsung dengan tujuan untuk mengungkapkan kegembiraan mengenang leluhur dan bergembira bersama dengan menyediakan kebutuhan seperti beras dan uang.
Tradisi sorak-sorai bersama-sama ini kemudian diiringi dengan pelemparan uang ke udara yang diperebutkan oleh warga sekitar yang dikenal dengan tradisi Mesuryak. Tradisi ini berlangsung setiap 6 bulan sekali, khususnya pada hari Kuningan.
Rangkaian prosesi ini berkaitan dengan perayaan hari Galungan dan Kuningan. Setelah para leluhur hadir dalam keluarga sejak Galungan, kemudian saat Kuningan dibawa kembali ke Nirwana dengan berbagai sesaji dan barang.
Itu dia tradisi Bali terpopuler yang hingga kini masih terus dilestarikan.
Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait