get app
inews
Aa Text
Read Next : Tradisi Mekotek di Bali, Uji Nyali Laki-Laki saat Hari Raya Kuningan

Tradisi Mekotek Meriahkan Perayaan Hari Kuningan di Bali

Sabtu, 11 November 2017 - 19:09:00 WITA
Tradisi Mekotek Meriahkan Perayaan Hari Kuningan di Bali
Ratusan warga Munggu Badung, Bali, menggelar tradisi mekotek untuk merayakan Hari Raya Kuningan, Sabtu (11/11/2017). (Foto: iNews/Bona Jaya)

BALI, iNews.id – Berbagai macam kegiatan mewarnai perayaan Hari Raya Kuningan di Bali. Salah satunya tradisi mekotek yang sudah dilakukan ribuan tahun silam. Tradisi penyambutan tentara Kerajaan Mengwi yang berhasil mengalahkan Balambangan ini selalu dinanti wisatawan mancanegara.

Mekotek merupakan tradisi khas warga Munggu Badung, Bali, dalam merayakan Hari Raya Kuningan. Tradisi mekotek yang telah digelar sejak berabad-abad silam ini menjadi upacara penyambutan prajurit Kerajaan Mengwi yang berhasil mengalahkan Kerajaan Blambangan Jawa Timur di medan perang.

Aktivitas ini melibatkan 15 banjar atau lingkungan. Mereka bersiap melakukan tradisi mekotek sambil membawa kayu pule setinggi hampir tiga meter disandarkan di masing-masing pundak warga. Sebelumnya, para pemangku memercikkan air tirtha atau air suci kepada warga. Sambil menunggu aba-aba, ratusan warga mulai menyusun dan memadukan galah kayu menjadi piramida tinggi.

Selanjutnya, warga yang mempunyai nyali tinggi mencoba menaiki puncak piramida meskipun kadang piramida tersebut runtuh dan menimpa warga lain. Atraksi uji nyali ini pun menjadi favorit wisatawan mancanegara yang berlibur ke Bali.

Sejumlah wisatawan mancanegara mengaku senang dengan tradisi mekotek. Mereka tampak takjub melihat para peserta yang berlomba ke ujung galah kayu dan akhirnya jatuh di antara para peserta. “Kami baru pertama kali ini melihat kegiatan seperti ini. Senang rasanya melihat orang-orang menikmati melakukan kegiatan ini,” kata wisatawan mancanegara yang menontonn tradisi mekotek, Calenion dan Barbarra.

Dahulu, tradisi mekotek menggunakan senjata dari tombak besi karena dinilai membahayakan tahun 1915 oleh pemerintah Belanda. Tradisi ini sempat dihentikan. Akibatnya, banyak warga desa terkena wabah. Akhirnya oleh masyarakat tradisi ini pun kembali digelar dengan bahan tombak besi diganti dengan batang kayu pule.

Editor: Maria Christina

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut