Takut Dikutuk Jadi Alasan Koster Larang Wisatawan Asing Daki Gunung di Bali

DENPASAR, iNews.id - Gubernur Bali I Wayan Koster tetap melarang wisatawan mendaki gunung di seluruh Bali. Dia mengaku takut mendapat kutukan orang-orang suci di Bali.
"Kalau kita tidak bisa merawat, mengabaikan dan meninggalkan ini, tunggu kutukannya beliau dan saya tidak mau dikutuk oleh beliau," kata Koster di DPRD Bali, Senin (19/6/2023).
Menurutnya, Pulau Bali diwariskan oleh guru-guru suci dan para leluhur sehingga harus dirawat. Dia tidak mau dikutuk jika mengabaikan menjaga alam Bali.
"Karena itu saya berjalan tegak lurus. Orang yang dipikirkan hanya hari ini dan besok, tapi tidak tahu itu berkibat besar terhadap Bali. Begitu lho," katanya.
Menurut Koster, kebijakannya melarang pendaikan gunung bagi wistawan meski ditentang sudah sesuai kajian komprehensif. Larangan itu kemudian dituangkan dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2023. Aturan itu berisi tentang apa saja yang boleh dilakukan dan larangan kepada wisatawan mancanegara selama berlibur di Bali.
Sebelum terpilih menjadi gubernur, Koster sudah berinisiatif menegakkan aturan itu. Jadi aturan itu bukan tiba-tiba dibuat dalam satu minggu atau dalam hitungan bulan.
Dia mengaku sudah mempelajari Nangun Sat Kerthi Loka Bali serta filosofi kehidupan alam manusia dan kebudayan Bali. "Hanya saja momentumnya baru datang, makannya saya berlakukan," imbuh Ketua DPD PDIP Bali ini.
Koster juga mengaku sudah belajar kepada orang-orang suci, para leluhur dan para tetua di Bali tentang bagaimana cara menjaga alam Bali. Merekalah yang pertama kali menata alam Bali hingga seperti ini.
Para orang suci, leluhur dan tetua, lanjut Koster, mendapatkan inspirasi menata Bali dengan cara melakukan proses spritual yang panjang melalui berbagai tempat yang memiliki kekuatan spiritual, di antaranya gunung.
"Itulah yang saya pelajari bahwa gunung itu adalah tempat suci, tempat orang-orang suci mencari inspirasi untuk mendapatkan cara menata Bali ini," kata Koster.
Koster menegaskan tidak peduli kepada orang-orang pragmatis yang hanya memikirkan jangka pendek tapi tidak jangka panjang tentang tatanan alam, manusia, dan kebudayaan Bali. "Pikiran-pikiran sempit pragmatis, Iam sorry," ujarnya.
Dia juga mengaku terus mengikuti respon banyak kalangan yang menolak kebijakannya. "Ini ramai juga di beberapa media sosial soal larangan pendakian gunung ini. Saya akan jalan terus," kata Koster.
Editor: Kastolani Marzuki