get app
inews
Aa Text
Read Next : Sejumlah Elite PSI Dapat Arahan dari Jokowi di Bali, Ahmad Ali hingga Raja Juli Antoni

Karantina Pekerja Migran Ditolak Warga, Satgas Covid-19 Bali: Mereka Bukan Penyakit

Jumat, 03 April 2020 - 12:42:00 WITA
Karantina Pekerja Migran Ditolak Warga, Satgas Covid-19 Bali: Mereka Bukan Penyakit
Sekda Bali Dewa Made Indra (Foto: Antara)

DENPASAR, iNews.id - Ratusan pekerja migran yang mayoritas Anak Buah Kapal (ABK) akan dipulangkan melalui Bali dan menjalani karantina di tempat yang telah disiapkan. Warga diminta bisa memahami keputusan tersebut.

"Mereka adalah anak-anak kita, penyelamat ekonomi kita, dan mereka orang baik-baik. Tidak bijak kalau kita menolak mereka, karena mereka bukan penyakit," kata Ketua Satgas Covid-19, Dewa Made Indra di Denpasar, Kamis (2/4/2020) malam.

Pernyataan Dewa Made Indra ini untuk menjawab penolakan yang disampaikan warga Desa Samsam di Kabupaten Tabanan yang menolak wilayahnya dijadikan salah satu lokasi karantina pekerja migran.

Satgas Covid-19 Bali sebelumnya telah memutuskan empat lokasi karantina bagi ratusan pekerja migran. Empat lokasi itu yakni Gedung Diklat BPSDM Bali di Kota Denpasar, Balai Pelatihan Kesehatan Masyarakat (Bapelkesmas) Tangtu di Denpasar, BLPP Sesetan di Kota Denpasar, dan Politeknik Angkutan Darat Bali (Poltrada) di Desa Samsam, Kabupaten Tabanan.

Namun, lokasi Poltrada Desa Samsam ditolak warga setempat. Penolakan itu dinyatakan warga dengan spanduk yang bertuliskan pernyataan, "Kami Masyarakat Desa Samsam, Menolak Tegas Wilayah Kami Dijadikan Tempat Karantina COVID-19."

Terkait penolakan itu, Satgas Covid-19 menilai warga belum memahami maksud karantina. Warga menduga yang dikarantina adalah orang yang terinfeksi virus corona. Padahal mereka dikarantina demi mencegah penularan virus.

"Saya menyesalkan sebagian masyarakat yang menolak daerahnya untuk dijadikan tempat karantina. Saya tidak sepenuhnya menyalahkan, karena mungkin tidak sepenuhnya mendapat pemahaman yang utuh soal COVID-19, bagaimana penularan COVID-19 ini medianya melalui droplet atau percikan bersin dan batuk," ucapnya.


Dia menjamin, para pekerja migran yang mayoritas ABK itu telah menerapkan protokol kesehatan COVID-19 di tempat kerjanya. Mereka juga sudah melalui karantina, pemeriksaan kesehatan dan mengantongi sertifikat kesehatan sebelum pulang ke Indonesia.

"Sesungguhnya tidak perlu mereka ditakuti. Dari hasil rapid test yang dilakukan di karantina dan bandara, hampir semuanya negatif. hHanya satu atau dua orang yang positif, jadi mengapa ditolak?" ujarnya.

Dia menegaskan, karantina bukan tempat orang sakit, melainkan tempat menampung sementara. Para ABK itu sudah membawa health certificate, tetapi karena pihaknya ingin meyakinkan betul-betul mereka sehat, maka dilakukan tes ulang di tempat karantina.

"Jadi, tidak bijak melakukan penolakan," ucap pria yang juga Sekda Bali ini.

Oleh karena itu, dia mengajak semua pihak menerima dengan lapang dada karena COVID-19 ini musibah dan sungguh tidak baik jika hanya ingin selamat sendiri. Dia menuturkan, terhitung dari 22 Maret hingga 2 April 2020, jumlah pekerja migran yang kembali ke Pulau Dewata mencapai 3.400 orang.

"Rata-rata kedatangan tiap hari sekitar 300-an orang," ujarnya.

Editor: Reza Yunanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut