7 Pahlawan Nasional dari Bali, Nomor 3 dan 5 Diabadikan Jadi Nama Bandara
DENPASAR, iNews.id – Pahlawan nasional dari Bali ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka terlibat dalam peperangan mengusir penjajahan Belanda.
Bali memiliki sejarah patriotik, antara lain Perang Jagaraga (1848-1849), Perang Kusamba (1849), Perang Puputan Badung (1906), Perang Puputan Klungkung (1908) dan Perang Puputan Margarana (1946).
Banyak tokoh berkontribusi besar dalam peperangan mengusir kolonial di Bali. Sejumlah tokoh tersebut, I Gusti Ngurah Rai, I Gusti Ketut Jelantik dan I Gusti Putu Wisnu.
Lahir di Karangasem, Bali pada 1800. I Gusti Ketut Jelantik menjadi pemimpin perlawanan rakyat Bali melawan Belanda. Saat itu, pemerintah Hindia Belanda ingin aturan tawan karang dihapuskan.
Tawan karang, yaitu hak raja-raja yang berkuasa di Bali untuk mengambil kapal beserta seluruh isi yang karam di perairannya. I Gusti Ketut Jelantik menolak tegas tuntutan tersebut dan memilih untuk berperang.
Pada Juni 1848, perang melawan Belanda meletus. Pertempuran ini terjadi di wilayah Jagaraga sehingga disebut perang Jagaraga. Belanda berhasil dikalahkan dalam perang ini.
Namun, Belanda kembali menyerang Buleleng pada 1849 yang menyebabkan daerah tersebut akhirnya jatuh. I Gusti Ketut Jelantik berhasil melarikan diri ke Karangasem, tetapi berhasil ditangkap pasukan sekutu.
Putra dari I Gusti Nyoman Raka dan Jero Ratna Kusuma ini lahir di Bali, 19 Mei 1908. I Gusti Ketut Pudja memperjuangkan kemerdekaan Indonesia lewat politik.
Dia merupakan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang mewakili Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara).
I Gusti Ketut Pudja ikut dalam perumusan naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Dia juga menjadi saksi pembacaan deklarasi bersejarah itu.
Pada 22 Agustus 1945, I Gusti Ketut Pudja diangkat menjadi Gubernur Sunda Kecil yang bertugas menyebarkan proklamasi kemerdekaan dan memberitahukan struktur pemerintahan kepada masyarakat Sunda Kecil.
Pemerintah Republik Indonesia memberikan penghargaan Bintang Mahaputra Utama kepada I Gusti Ketut Pudja. Pada 2001, I Gusti Ketut Pudja diresmikan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan keputusan Presiden RI Nomor 113/TK/2011.
Siapa yang tidak mengenal nama I Gusti Ngurah Rai? Pahlawan Nasional dari Bali yang namanya diabadikan sebagai bandara di Denpasar, Bali.
Kelahiran Badung, 30 Januari 1917 dari pasangan I Gusti Ngurah Palung dan I Gusti Ayu Kompyang. Brigadir Jenderal (Purn) TNI I Gusti Ngurah Rai bersekolah di Hollands Inlandse School (HIS) di Denpasar, Bali.
Kemudian dia meneruskan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Malang, Jawa Timur. Ketertarikan terhadap dunia militer membuatnya melanjutkan pendidikan ke Sekolah Kader Militer di Prayodha Bali, Gianyar.
Pada masa penjajahan kolonial, dia menjadi intel sekutu di daerah Bali dan Lombok.
Setelah proklamasi kemerdekaan, dia bersama kawan militernya membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). I Gusti Ngurah Rai didapuk sebagai komandan.
Puncak perjuangan I Gusti Ngurah Rai adalah memimpin perang Puputan Margarana 20 November 1946. Perang ini meletus karena Belanda tidak mengakui Bali sebagai de facto Indonesia. Dalam pertempuran ini, I Gusti Ngurah Rai gugur bersama 96 orang pasukan.
Merupakan Raja Badung VII yang ikut memerangi penjajahan Belanda dalam perang Puputan Badung (1902–1906). I Gusti Ngurah Made Agung merupakan putra dari Raja Badung V I Gusti Gede Ngurah Pemecutan dan Ida Tjokorda Gde Ngurah Pemecutan. Kelahiran Denpasar, 5 April 1876.
Pada 22 September 1906, I Gusti Ngurah Made Agung gugur setelah habis-habisan melawan Belanda. Dia mendapatkan gelar kehormatan Ida Betara Tjokorda Mantuk Ring Rana, yakni raja yang gugur di medan perang.
Pahlawan Nasional Bali kelahiran Klungkung 1919. I Gusti Putu Wisnu bersekolah di HIS di Klungkung, Bali. Setelah tamat, dia melanjutkan pendidikan di MULO di Malang, Jawa Timur.
Pada awal 1944, I Gusti Putu Wisnu memutuskan bergabung menjadi Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Dia mengikuti pendidikan militer di Banyumala, Singaraja. Setelah itu, I Gusti Putu Wisnu ditugaskan ke Kediri, Tabanan.
Setelah kemerdekaan, I Gusti Putu Wisnu bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Dia diangkat sebagai Komandan Batalyon I TKR Sunda Kecil.
I Gusti Putu Wisnu ikut serta dalam perang Puputan Margarana pada 20 November 1946. Dia bersama pasukannya mati-matian melawan Belanda yang hendak kembali menguasai Indonesia. I Gusti Putu Wisnu bersama I Gusti Ngurah Rai gugur bersama dalam pertempuran tersebut.
Untuk mengenang perjuangannya, nama I Gusti Putu Wisnu diabadikan menjadi Bandara Letkol Wisnu di Gerokgak, Buleleng, Bali.
Perempuan Pahlawan Nasional asal Bali yang memerintah Kerajaan Klungkung pada 1849. Saat Dewa Agung Istri Kanya memerintah, Belanda melancarkan serangan di bawah pimpinan Jenderal AV Michiels.
Dewa Agung Istri Kanya dijuluki Raja Berkepala Batu oleh Belanda karena sikapnya yang feminis dan tangguh. Dia mampu memimpin pasukannya melawan penjajah. Belanda kewalahan menahan serangan balik Dewa Agung Istri Kanya.
Kerajaan Klungkung aman dan tidak jadi jatuh ke tangan Belanda. Namun, puluhan tahun setelah kepemimpinan Dewa Agung Istri Kanya, Kerajaan Klungkung baru bisa dikuasai Belanda tahun 1908.
Bernama asli Surawiraaji, lahir di Bali pada 1660. Untung Surapati merupakan seorang budak perwira VOC. Saat berusia 20 tahun, Untung menjalin asmara dengan Suzane, putri perwira VOC yang menjadi atasannya. Akibatnya, dia dijebloskan ke dalam penjara.
Untung berhasil meloloskan diri dan berakhir menjadi buronan. Dia bertemu Kapten Ruys, pemimpin benteng Tanjungpura dalam pelariannya. Untung Surapati diberi tawaran pekerjaan untuk menjemput putra Sultan Ageng Tirtayasa, Pangeran Purbaya.
Untung dilatih militer dan diangkat sebagai letnan. Dia kemudian turut terlibat dalam pertempuran melawan VOC. Sebanyak 74 orang pasukan VOC termasuk sang kapten terbunuh saat melawan Untung dan pasukannya.
Untung Surapati menguasai Pasuruan dengan izin dari Sultan Amangkurat II. Dia diangkat menjadi Bupati Pasuruan yang bergelar Tumenggung Wiranegara. Namun, pada 1706 terjadi serangan dari VOC dan Mataram ke Pasuruan yang menewaskan Untung.
Berdasarkan SK Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975, Untung Surapati ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Editor: Kurnia Illahi