DENPASAR, iNews.id – Putri Suastini Koster menyoroti tren tata rias di Pulau Dewata yang mulai jauh dari tata rias tradisional khas Bali yang disebut Payas. Istri Gubernur Bali Wayan Koster itu meminta para perias tidak kebablasan dalam berkreasi dan menjaga kelestarian adat.
"Saya tidak mengekang kreativitas dan kemajuan di bidang tata rias, namun ranah penggunaannya harus tepat jangan kebablasan,” kata Putri Koster di Denpasar, Senin (9/3/2020).
Putri menyampaikan itu di depan anggota Tiara Kusuma di Bali. Tiara Kusuma merupakan salah satu organisasi yang menaungi Persatuan Ahli Kecantikan dan Pengusaha Salon Indonesia.
Putri berharap, agar perias di Bali melestarikan riasan yang telah sesuai pakem secara turun-temurun saat merias untuk acara-acara adat.
“Untuk ranah adat, harus tetap lestari sesuai pakem," katanya.
Putri melihat kecenderungan, dengan alasan memenuhi permintaan pengantin, belakangan banyak terjadi modifikasi dalam tata rias dan penggunaan busana adat Bali.
"Misalnya penambahan jubah yang sangat panjang hingga memenuhi halaman rumah, tinggi bunga juga terkadang tidak mengindahkan ukuran wajah si pengantin hingga kemudian menimbulkan hal yang tidak pas dan secara estetika sangat mengganggu," ujarnya.
Putri berharap mereka yang bergerak di bidang usaha tata rias tetap berpedoman pada adat dan tradisi, khususnya bila riasan dan busana itu dikenakan untuk ranah adat.
Sebab, dalam tata rias pengantin Bali, leluhur telah mewariskan etika berbusana yang sangat elegan dan penuh estetika yang dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu payas agung dan madya.
“Riasan mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki telah ada pakemnya, dan bila diikuti akan menghasilkan tata rias yang anggun," ujarnya.
Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait