KARANGASEM, iNews.id – Gunung Agung mengalami tremor hingga melebihi skala dengan durasi cukup lama, Selasa sore (28/11/2017). Kondisi ini mengindikasikan besarnya volume energi magma yang keluar sehingga dikhawatirkan akan menyebabkan erupsi yang lebih dahsyat.
Gempa tremor overscale ini sempat membuat panik para petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan awak media yang selama ini bertugas di Pos Pantau Gunung Agung, Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Amplitudo gempa yang terjadi melebihi batas skala alat pendeteksi gempa. Alat hanya mampu membaca kekuatan gempa dengan amplitudo maksimum mencapai 23 milimeter.
Kondisi ini mengindikasikan besarnya volume energi magma yang keluar ke kawah Gunung Agung dan dikhawatirkan berpotensi terjadi letusan yang dahsyat. PVMBG bahkan menyatakan, keluarnya energi magma kali ini merupakan letusan terbesar sepanjang Gunung Agung memasuki fase kritis. Gempa tremor overscale teramati terjadi dalam durasi setengah jam lebih, mulai pukul 13.32 Wita hingga 14.05.
PVMBG berencana mengevaluasi dan memperluas kembali kawasan rawan bencana setelah Gunung Agung berstatus Awas. Saat ini zona bahaya yang ditetapkan berada dalam radius 8 kilometer (km) dan perluasan sektoral 10 km dari puncak Gunung Agung.
“Masalahnya aliran magma naik terus ke permukaan, takutnya ini sudah dangkal tadi. Tiba-tiba eksplosif. Imacpt-nya takut terlalu jauh. Jadi kita terlalu sempit menentukan daerah bahaya. Kita sudah memperhitungkan memperluas kawasan rawan bencana. Kalau memang dia mendekati batas skala daerah bahaya yang sekarang kita tetapkan, kita akan perluas lagi,” kata Kepala Bidang (Kabid) Mitigasi PVMBG Pos Pantau Gunung Agung I Gede Suantika.
Pascagempa tremor hingga overscale, petugas PVMBG terus mengintensifkan pemantauan dan pengamatan aktivitas vulkanik erupsi Gunung Agung selama 24 jam untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dinginkan. PVMBG terus mewanti-wanti warga yang masih berada di zona merah untuk segera mengungsi ke tempat lebih aman.
MAGMA Indonesia melalui akun Twitter juga menyebutkan, mulai pukul 13.32 Wita, terjadi letusan dengan energi seismik terbesar sepanjang krisis Gunung Agung ini. Saat ini, untuk menghasilkan letusan, sudah tidak butuh lagi gempa vulkanik sebanyak seperti periode September-Oktober 2017 karena jalur magma ke permukaan sudah terbuka. MAGMA Indonesia (Multiplatform Application for Geohazard Mitigation and Assessment in Indonesia) adalah aplikasi multiplatform, web dan mobile dalam jaringan berisi informasi dan rekomendasi kebencanaan geologi terintegrasi.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait