Puluhan hektar cabai milik warga di sekitar Gunung Agung rusak dan membusuk, akibat cuaca buruk dan terpapar abu vulkanik. (Foto: iNews/Anak Agung Ari Wiradarma)

BANGLI, iNews.id - Di tengah meroketnya harga cabai di pasaran, para petani di Desa Bangbang, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Bali, justru menjerit. Pasalnya, tanaman cabai mereka rusak dan kering kerontang, akibat cuaca buruk dan paparan abu vulkanik dari erupsi Gunung Agung.  

Para petani ini pun dipastikan gagal panen musim ini. Sebagian terpaksa memanen cabainya lebih awal, dengan mencabuti tanamannya tersebut. Seperti yang terlihat di salah satu kebun cabai milik warga di Dusun Cepunggung, Desa Bangbang, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Bali, Senin (11/12/2017) siang.

Puluhan bahkan ratusan hektare tanaman cabai rusak parah. Meski berada di luar zona merah erupsi Gunung Agung, sebagian besar buah cabai di tempat ini, justru telah membusuk dan kering kerontang.

Menurut Made Arnata (37), salah seorang petani cabai di wilayah setempat, dari 12.000 pohon tanaman cabai yang ditanamnya, sebagian besar kondisinya saat ini mulai meranggas. Hal itu terjadi lantaran paparan abu vulkanik erupsi Gunung Agung, sejak dua minggu terakhir.
 
Kondisi tersebut diperparah dengan cuaca buruk yang sejak beberapa hari terakhir juga melanda wilayah tersebut. Dampaknya, buah cabai yang belum sempat dipanennya langsung busuk dan rontok.
 
Untuk menanggulangi kerugian yang lebih besar, para petani setempat terpaksa memanen tanaman cabainya lebih awal. Karena kesal lantaran tanamannya tidak bisa diselamatkan lagi, para petani bahkan langsung mencabuti tanamannya itu.Rencananya, tanaman cabai yang rusak itu akan diganti dengan tanaman baru.

“Kondisinya mengering, rontok akibat paparan abu dan cuaca buruk. Ini kami cabut karena sudah rusak. Nanti mau diganti saja dengan tanaman yang baru,” ucap Made Arnata.

Padahal, saat ini harga cabai merah besar di tingkat petani mulai mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Harga cabai merah besar kini mencapai Rp18.000 per kilogram. Nilai tersebut naik Rp5.000 dibandingkan dengan harga sebelumnya.  

Dengan kondisi tersebut, rata-rata para petani mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.  Mereka hanya bisa pasrah serta berharap ada perhatian dari pemerintah, untuk membantu kelangsungan hidup para petani, di tengah ancaman bencana erupsi Gunung Agung.
 
“Kami berharap pemerintah mau turun tangan membantu petani di tengah masa-masa sulit seperti ini,” ucap Made Arnata.


Editor : Himas Puspito Putra

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network