Mobil terseret banjir di Tabanan, Bali. (Foto: @infotabanan)

DENPASAR, iNews.id - BMKG Wilayah III Denpasar memberikan penjelasan terkait hujan lebat yang mengguyur Bali beberapa hari lalu. Cuaca ekstrem tersebut menimbulkan ratusan bencana alam di Bali.

Koordinator Bidang Data BMKG Wilayah III Denpasar, I Nyoman Gede Wiryajaya mengatakan, konsentrasi massa udara basah menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya hujan lebat di musim kemarau.

"Sekarang ini musimnya kemarau dan ada potensi dampak El Nino," kata Wiryajaya di Denpasar, Selasa (11/7/2023).

Menurutnya, massa udara basah itu terkonsentrasi dari lapisan permukaan hingga lapisan 700 milibar atau 3.000 meter. Massa udara yang basah itu disebabkan di antaranya oleh penguapan dan kelembapan udara yang tinggi.

Wiryajaya mengatakan, selain faktor massa udara basah, faktor meteorologis lain yang mendorong terjadinya hujan yakni pertemuan angin (konfluensi) di Samudera Hindia selatan Bali-NTB.

Selain itu masuknya udara kering dari bumi belahan selatan mampu mengangkat massa udara di depan batas intrusi menjadi lebih hangat dan lembab.

Pasutri di Bangli tewas berdampingan usai rumahnya tertimbun longsor. (Foto: iNews/Ari Wiradarma)

Pada 1-10 Juli 2023, sebagian besar wilayah di Bali turun hujan berkelanjutan dengan distribusi mencapai 0 hingga 846 milimeter atau masuk kategori sangat tinggi (ekstrem).

BMKG memperkirakan pada 11-20 Juli 2023, sejumlah wilayah di Bali masih berpeluang terjadi hujan di atas 50 milimeter.

Sedangkan El Nino sudah terjadi tapi dalam intensitas lemah. BMKG memperkirakan intensitas El Nino lemah hingga moderat pada semester II-2023.


Editor : Reza Yunanto

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network