KARANGASEM, iNews.id - Seorang pelajar SMA di Karangasem, Bali menjadi tulang punggung keluarga dengan menjadi buruh angkut. Ayah stroke dan ibu yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19, membuat remaja bernama Komang Sugi itu menjadi buruh angkut barang di pasar.
Beban itu semakin bertambah, karena pelajar kelas X SMA 3 Amlapura itu harus bekerja lebih keras demi memenuhi kebutuhan kuota internet untuk menunjang belajar daring.
"Sebulan butuhnya 20 giga," tutur Sugi ditemui di rumahnya, Sabtu (15/8/2020).
Sugi, demikian dia biasa dipanggil tinggal di Desa Seraya Timur. Tak seperti remaja lainnya yang pada siang hari bisa berdiam di rumah mengikuti pembelajaran online saat masa pandemi, dia justru tak bisa tinggal diam di rumah. Sejak pukul 8 pagi dia harus bekerja di salah satu toko dekat rumah untuk menjadi buruh angkut barang.
Sejak masa pandemi, dia memutuskan untuk bekerja lantaran sang ibu kehilangan pekerjaan karena pandemi covid-19. Hal itu memaksa Sugi menjadi tulang punggung keluarga karena sang ayah menderita stroke sejak 3 tahun lalu. Tak hanya itu, Sugi harus tetap bekerja untuk dapat memenuhi kuota internet yang harus dibelinya untuk dapat tetap bersekolah.
Bekerja selama 12 jam mulai dari jam 8 pagi hingga 8 malam. Pada jam istirahat siang hari, Sugi menyempatkan pulang ke rumah. Tak memanfaatkan untuk beristirahat, dia harus membantu sang ibu untuk mengurus hewan ternak babi yang mereka pelihara.
Jika masih ada sisa waktu, Sugi kadang memanfaatkannya untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Namun jika tak ada sisa waktu, dia terpaksa belajar sepulang bekerja pada jam 9 malam.
"Capek, biasanya kerjakan tugas jam 9 malam," tutur Sugi yang bercita-cita menjadi polisi.
Siswa SMA Negeri 3 Amlapura ini mengaku sedikit kewalahan dengan pembelajaran berbasis online. Sebab tugas yang cukup banyak tanpa penjelasan langsung dari guru membuatnya sedikit kebingungan. Ditambah dia harus menahan lelah usai bekerja seharian.
Kendati demikian, tugas sekolah dan bekerja yang cukup berat tak membuat buah hati Made Sawer dan Ketut Landep ini lupa dengan kondisi ayahnya. Sugi harus bergilir mengurus sang ayah saat sang ibu harus keluar rumah.
Walau banyak kenyataan pahit yang dihadapi Sugi, dia tak pernah menyerah atau pasrah. Baginya tidak ada sesuatu yang mustahil diraih jika mau berjuang.
Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait